Bahan Ajar Sejarah Indonesia Teladan Para Tokoh Persatuan

Teladan Pahlawan Nasional dari Daerah Papua
1. Frans Kaisiepo ( 1921-1979)
Frans Kasiepo lahir di Biak, 10 Oktober 1921, wafat di  Biak, 10 April 1979, Nama Frans Kaisiepo diabadikan sebagai nama bandara di Biak, Papua, dan nama kapal perang korvet kelas Sigma milik TNI AL, yaitu KRI Frans Kaisiepo.

Gambar Frans Kaiseipo
Sumber. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/be/Frans_Kaiseipo.jpg/220px-Frans_Kaiseipo.jpg

Frans Kaiseipo adalah tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua saat menjelang Indonesia merdeka. Ia juga turut mendirikan Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946. Selain itu ia juga menjadi anggota delegasi Papua dalam Konferensi Malino di Sulawesi Selatan, dimana ia pernah menyebut Papua sebagai Irian, konon diambil dari bahasa Biak adalah daerah panas. Namum malah diberinya arti “Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands”. Dalam konferensi ini, Frans Kaiseipo menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) karena tidak memasukkan Papua kedalamnya.

Tahun 1948 Kaisiepo ikut berperan dalam merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda. Dan ia juga menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konsekuensinya atas penolakannya ia dipekerjakan di Distrik-distrik terpencil di Papua. Tahun 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang menuntut penyatuan Nederlans Nieuw Guinea ke negara Republik Indonesia. Frans Kaiseipo juga banyak membantu para tentara pejuang Trikora saat menyerbu Papua.

Pada akhir tahun 1960, Kaseipo berupaya agar Penentuan Pendapatan Rakyat (Pepera) bisa dimenangkan oleh masyarakat yang ingin Papua bergabung ke Indonesia. Proses tersebut akhirnya menetapkan Papua menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.

Capaian utama TRIKORA adalah Perjanjian New York pada 15 Agustus 1963 yang memaksa Belanda menyerahkan kekuasaan politis atas Irian Barat ke tangan Indonesia. Melalui pengawasan PBB, pemerintah RI berhak atas pengembangan wilayah Irian mulai 1963 - 1969 sebelum rakyat Papua memutuskan untuk terus bergabung atau lepas dari tangan Indonesia.

Pada 1964 bisa disebut sebagai tahun paling kritis bagi Irian. Gubernur pertama Irian, Elieser Jon Bonay, mulai menjabat pada 1963. Pada awal 1964, Bonay membuat usulan ke PBB yang menyatakan separasi dan kemerdekaan bagi Irian Barat sekaligus menyatakan mundur dari jabatan gubernur dan digantikan Frans Kaisiepo. Sayangnya, pengunduran diri tanpa penggantian posisi ini justru memicu kekecewaan Bonay dan membuatnya memilih keluar dari kampung halaman untuk bergabung, dan selanjutnya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh, dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Belanda.

Kaisiepo sendiri terus berjuang menyatukaan Irian dengan RI sesuai impiannya sejak awal dan pada tahun 1969 impian ini terbayar dengan masuknya Irian sebagai Propinsi paling muda di Indonesia saat itu. Pada 1972, Kaisiepo dilantik sebagai salah satu anggota MPR RI sebelum akhirnya menjabat anggota Hakim Tertinggi Dewan Pertimbangan Agung sejak 1973 hingga 1979.

Pada 10 April 1979, salah satu putra terbaik Irian, Frans Kaisiepo, meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Biak. Di samping anugrah Trikora, nama Kaisiepo juga diabadikan menjadi bandar udara di Biak.

Teladan Kepahlawanan yang berasal dari Kalangan Bangsawan atau Raja
1. Sultan Syarif Kasim II ( 1893-1968)
Sultan Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura tanggal 1 Desember 1893. Tengku Sulung Sayed Kasim yang populer dipanggil Syarif Kasim. Ayahandanya adalah sultan ke-11 yang bergelar Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin yang memerintah selama 19 tahun yaitu dari tahun 1889 sampai dengan tahun 1908. Ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri kerajaan dan Sayed Kasim mempunyai saudara se-ayah dari ibu Encik Rafeah yaitu Tengku Long Putih yang kelak bermastautin di Singapura hingga akhir hayatnya.

Gambar Sultan Syarif Kasim II
Sumber. http://s1286.photobucket.com/user/borneobaru/media/IMG_0400_zpsd56501c0.jpg.html

Sultan Syarif Kasim II dinobatkan menjadi Raja Siak Sri Indrapura pada tahun 1915 ketika berusia 21 tahun. Ia memiliki sikap bahwa kerajaan Siak berkedudukan sejajar dengan Belanda. Berbagai kebijakan yang ia lakukan bertentangan dengan Belanda. Ketika berita proklamasi sampai di Siak, Sultan Syarif Kasim II segera mengirimkan surat kepada Soekarno-Hatta, menyatakan kesetian dan dukungan terhadap pemerintah RI serta menyerahkan harta senilai 13 Juta gulden untuk membantu perjuangan RI. Kesultanan Siak pada masa itu dikenal dengan Kesultanan yang kaya, Sultan Syarif Kasim II membentuk Komite Nasional Indonesia di Siak, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Barisan Pemuda Republik. Ia juga segera mengadakan rapat umum di istana serta mengibarkan bendera Merah Putih dan mengajak Raja-raja di Sumatera Timur lainnya agar turut memihak Republik. Saat revolusi kemerdekaan pecah, Sultan aktif mensuplai bahan makanan untuk para laskar. Ia juga kembali menyerahkan 30% harta kekayaan berupa emas kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta bagi kepentingan perjuangan. 

Ketika Van Mook, gubernur jenderal De facto Hindia Belanda, ia tetap memilih bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia, atas jasanya tersebut Sultan Syarif Kasim II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.

Teladan Pahlawan Dibidang Seni dan Sastra
1. Ismail Marzuki
Ismail Marzuki ( 1914-1958) dilahirkan 11 Mei 1914 di Jakarta, Ismail Marzuki yang lebih dikenal dengan panggilan Maing, Ismail Marzuki memang berasal dari keluarga seniman.

Di usia 17 Tahun ia berhasil mengarang lagu pertamanya, berjudul  “O Sarinah”. Tahun 1936, Ismail Marzuki masuk perkumpulan musik Lief Java dan berkesempatan mengisi siaran musik di radio. Pada saat inilah ia mulai menjauhkan diri dari lagu-lagu barat untuk kemudian menciptakan lagu-lagu sendiri. Lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki itu sangat diwarnai oleh semangat kecintaannya terhadap tanah air. Latar belakang keluarga, pendidikan dan pergaulannyalah yang menanamkan perasaan senasib dan sepenanggunagn terhadap penderitaan bangsanya.

Materi Pengayaan
Semasa kecil Sayed Kasim dididik dalam lingkungan Istana, dia dididik sebagaimana lazimnya adat istiadat Raja, meliputi aspek fisik, mental, spritual atau kerohanianan dan kecerdesan. Ayahnya seorang Sultan yang kuat memegang prinsip Islam, serta berusaha meningkatkan kemakmuran Kerajaan dan kemakmuran rakyat. Setelah Sayed Kasim berumur 12 tahun dia dikirm ke Batavia pusat pemerintahan Belanda, di Batavia dia melanjutkan pendidikan mengenai pengetahuan Islam kepada Husein Al-Habsyi yang merupakan ulama besar. Selain belajar mengenai ilmu hukum Islam ia juga menuntut ilmu hukum dan ketatanegaraan. Pengetahuan yang diperolehnya tidaklah menjadikan sebagai boneka kolonial tetapi sebaliknya membuka mata hatinya untuk menentang Belanda.

Materi Remedial
Ismail Marzuki ( 1914-1958) dilahirkan 11 Mei 1914 di Jakarta, Ismail Marzuki yang lebih dikenal dengan panggilan Maing, Ismail Marzuki memang berasal dari keluarga seniman. 

Di usia 17 Tahun ia berhasil mengarang lagu pertamanya, berjudul  “O Sarinah”. Tahun 1936, Ismail Marzuki masuk perkumpulan musik Lief Java dan berkesempatan mengisi siaran musik di radio. Pada saat inilah ia mulai menjauhkan diri dari lagu-lagu barat untuk kemudian menciptakan lagu-lagu sendiri. Lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki itu sangat diwarnai oleh semangat kecintaannya terhadap tanah air. Latar belakang keluarga, pendidikan dan pergalannyalah yang menanamkan perasaan senasib dan sepenanggunagn terhadap penderitaan bangsanya. Judul-judul lagi dari Ismail Marzuki antara lain adalah : Aryati, Gugur Bunga, Melati di Tapal Batas (1947), Wanita, Rayuan Pulau Kelap, Sepasang Mata Bola (1946), Bandung Selatan di Waktu Malam (1948), O Sarinah (1931), Keroncong Serenata, Kasim Baba, Bandaneira, Lenggang Bandung, Sampul Surat, Karangan Bunga dari Selatan, Selamat Datang Pahlawan Muda (1949), Juwita Malam, Sabda Alam, Roselani, Rindu Lukisan, Indonesia Pusaka.

Sumber Bahan Ajar
  • Ratna Hapsari. M.Adil. 2014. Sejarah Indonesia SMA Kelas XII. Jakarta. Erlangga
  • Eko Targiyatmi, Herimanto. 2014. Sejarah Pembelajaran Interaktif. Solo. P.T.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Sejarah Indonesia. Jakarta
  • http://www.biografiku.com/2011/11/biografi-ismail-marzuki-sang-maestro.html
  • http://www.riaupos.co/800-spesial-riwayat-hidup-dan-perjuangan-sultan-syarif-kasim--.html
  • http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/07/pahlawan-nasional-frans-kaisiepo.html


oOo

0 Response to "Bahan Ajar Sejarah Indonesia Teladan Para Tokoh Persatuan"

Posting Komentar