Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Pendudukan Jepang

Penderitaan rakyat Indonesia pada masa Jepang mendorong timbulnya perlawanan rakyat diberbagai daerah. Perlawanan rakyat tersebut timbul akibat kebijakan pemerintah Jepang yang sewenang-wenang dibidang politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Bentuk perlawanan rakyat tersebut ada yang dilakukan secara rahasia atau perjuangan bawah tanah dan perlawanan bersenjata. Perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup atau rahasia.

Perjuangan bawah tanah dilakukan oleh para pemimpin bangsa yang bekerja pada pemerintah Jepang. Meskipun berstatus sebagai pegawai pemerintah Jepang, namun mereka melakukan kegiatan rahasia untuk menghimpun dan menyatukan rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Perjuangan bawah tanah dilakukan di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan rahasia. Misalnya, kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, kelompok Sutan Syahrir, dan kelompok pemuda.

Selain melakukan perlawanan secara rahasia, perlawanan terhadap Jepang juga dilaksanakan secara terbuka di beberapa daerah. Perlawanan tersebut didorong oleh penderitaan rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Berbagai perlawanan rakyat timbul di daerah Jawa Barat, Aceh, Blitar, dan Kalimantan.

A. Perlawanan Rakyat Tasikmalaya
Gambar  Zainal Mustafa

Perlawanan rakyat Tasikmalaya menentang Jepang dipimpin oleh Kiai Haji Zaenal Mustafa, pemimpin pondok pesantren Sukamanah. Pada tanggal 25 Februari 1944, Zainal Mustafa memimpin para santrinya melawan Jepang dengan bersenjatakan senjata tradisional. Karena persenjataannya yang tidak seimbang, perlawanan Zainal Mustafa berhasil ditumpas Jepang dan banyak rakyat yang tewas. Akhirnya, Zainal Mustafa berhasil ditangkap oleh Jepang dan dibawa ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, Zainal Mustafa dan para pengikutnya yang tertangkap dijatuhi hukuman mati Jepang.

B. Perlawanan Rakyat Indramayu
Perlawanan rakyat Indramayu timbul karena pemaksaan Jepang untuk mengumpulkan padi dari rakyat. Rakyat Indramayu ingin meminta bagian dari hasil panen padinya untuk dikonsumsi. Namun, permintaan tersebut ditolak Jepang sehingga pada bulan April 1944 timbul perlawanan di Kaplongan, Karangampel. Selanjutnya, muncul perlawanan rakyat di Cidempet, Lohbener. Karena tidak terorganisir, perlawanan rakyat Indramayu terseubt dapat ditumpas dengan mudah oleh Jepang.

C. Perlawanan Rakyat Kalimantan
Perlakuan Jepang yang semena-mena juga mendorong rakyat Kalimantan melakukan perlawanan. Perlawanan rakyat di Kalimantan pada masa Jepang dipimpin oleh Pangsuma dengan melakukan perang gerilya. Setelah merasa kewalahan menghadapi perlawanan gerilya rakyat Kalimantan, Jepang mengubah taktiknya dengan mengirimkan mata-mata. Akibatnya, banyak pengikut gerakan yang ditangkap atau dibunuh. Penangkapan tersebut menyebabkan perlawanan rakyat Kalimantan semakin berkurang.

D. Perlawanan Rakyat Aceh
Pada tanggal 10 November 1942, rakyat Aceh melakukan perlawanan terhadap Jepang dengan dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil di Cot Plieng, Aceh. Perlawanan tersebut dilakukan karena perlakuan Jepang yang sewenang-wenang pada penduduk. Setelah perundingan gagal, pada tanggal 10 November 1942 tentara Jepang menyerang Cot Plieng. Meskipun melakukan perlawanan yang gigih, tetapi serangan rakyat berhasil dipatahkan Jepang.
Dalam sebuah pengejaran, pasukan Jepang berhasil menembak mati Abdul Jalil dan para pengikutnya. Perlawanan rakyat Aceh juga dilakukan oleh Abdul Hamid. Namun, dengan taktik licik Jepang berhasil menyandera keluarga Abdul Hamid untuk memaksanya menyerah. Akhirnya, Abdul Hamid menyerah pada Jepang karena diancam oleh Jepang akan dibunuh seluruh anggota keluarganya.

E. Perlawanan PETA Blitar
Perlawanan terhadap Jepang juga dilakukan para prajurit Pembela Tanah Air (PETA). Perlawanan pasukan PETA tersebut dilakukan untuk mencegah perlakuan Jepang yang kejam terhadap penduduk Indonesia. Perlawanan PETA tersebut dilakukan oleh pasukan PETA Blitar di bawah pimpinan Supriyadi pada tanggal 14 November 1942. Supriyadi melakukan serangan terhadap Jepang dan berhasil menduduki kota Blitar. Untuk menumpas perlawanan PETA, tentara Jepang mengepung kota Blitar dan menambah bala bantuan.

Gambar 3. Pasukan PETA. 
Sumber. Sejarahku.com

Dalam serangan Jepang tersebut, beberapa anggota pasukan PETA yang tertangkap berhasil dilucuti. Selanjutnya, Supriyadi tetap melakukan perlawanan dengan gigih. Namun, karena jumlah pasukannya semakin berkurang, perlawanan Supriyadi dapat dipatahkan. Selanjutnya, pemimpin perlawanan PETA Blitar berhasil ditangkap dan diadili di mahkamah militer Jepang di Jakarta. Para pemimpin gerakan, seperti Muradi, dr. Ismangil, dan Sudarno dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup. Namun, keberadaan Supriyadi tidak diketahui setelah ditumpasnya pemberontakan PETA Blitar.

Daftar Pustaka
1. Sawitri, Indah., Maryati, Dwi., Musadad, Ahmad Arif. 2014. Sejarah Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Kelas Farid, Samsul. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMA-MA Kelas XI. Surakarta  : Mediatama
2. Herimanto & Targiyatmi, Eko. 2014. Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif untuk kelas XI sma dan MA Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Solo:PT tiga serangkai pustaka mandiri.

***

0 Response to "Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Pendudukan Jepang"

Posting Komentar